Beranda | Artikel
TERIMA KASIH BANYAK WAHAI MUSUH-MUSUHKU (2)
Kamis, 22 November 2012

Seorang dai berkata :

“Sesungguhnya musuh-musuhku pada hakekatnya merupakan rahasia sebab keberhasilanku…
Pengalamanku bersama kalian wahai para musuhku memberikan banyak pelajaran bagiku…. Yang semuanya tidak mungkin aku dapati hanya sekedar teori…

Terima kasih wahai musuh-musuhku, kalianlah yang telah membiasakan aku untuk menerima kritikan-kritikan yang menikam…dan bagaimana aku tetap terbiasa bisa berjalan tanpa keraguan. Sungguh kritikan-kritikan tersebut sangat pahit dan menyakitkan ketika pertama kali menerpa…namun tatkala aku bisa menahan diri maka selanjutnya aku pun terbiasa dengan kritikan-kritikan menikam tersebut.

Terima kasih banyak wahai musuh-musuhku…kalianlah sebab yang menjadikan diriku bisa berhasil mengontrol diriku dan tidak terpedaya dengan pujian orang-orang yang setuju dan mendukung diriku…sehingga akupun terjauhkan dari penyakit ujub. Aku tidak bisa membayangkan jika semua orang memujiku dan mendukungku…sungguh betapa banyak penyakit hati yang akan menyerangku…

Terima kasih wahai para musuhku…kalian telah membela kebenaran dan menjelaskan kebatilan yang aku lakukan tanpa aku sadari…dengan kritikan-kritikan tajam kalian aku sadar bahwasanya aku tidak terlepas dari kesalahan…
Meskipun kebanyakan kritikan kalian adalah bukan pada kesalahanku akan tetapi itupun menjadikan aku lebih hati-hati dalam bertindak dan lebih memperindah sikap dan dakwahku.

Terima kasih wahai musuh-musuhku…kalian telah mengajari aku bagaimana cara bersabar yang baik…dan bagaimana membalas keburukan dengan kebaikan, dan bagaimana sikap berpaling/cuek dengan celaan dan kritikan yang hanya sekedar ingin merusak diriku…

Terakhir aku katakan….sebenarnya kalian adalah para sahabatku…kalian adalah guru-guruku…terlalu banyak pelajaran yang telah kudapati sebab kalian…semoga Allah mengampuniku dan mengampuni kalian, karenanya aku katakan “Terima Kasih Wahai Para Sahabatku…”

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/636-terima-kasih-banyak-wahai-musuh-musuhku-2.html